Kiat Hindari Kanker dan Menghadapinya Bila Terlanjur Datang

Kanker menjadi salah satu penyakit yang paling menakutkan bagi seluruh umat manusia. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, sering kali tanpa memberikan tanda-tanda yang jelas hingga sudah mencapai tahap lanjut. Akibatnya, angka kematian akibat kanker terus meningkat, bahkan diprediksi jumlah penderita kanker akan meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan. Lantas, bagaimana cara mencegah dan menghadapi kanker jika sudah terlanjur datang?
Menurut Prof. Dr. Dr. Soehartati Gondhowiardjo, Dp. Rad (K) Onk. Rad, dalam Seminar Awam bertema Hidup Sehat Hindari Kanker di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, pencegahan kanker terbagi menjadi dua, yaitu pencegahan primer dan sekunder. Jika seseorang memiliki faktor risiko yang sulit dihindari, seperti usia yang semakin menua, faktor genetik, dan kerentanan genetik, maka menghindari faktor risiko lain dapat membantu menurunkan kemungkinan terkena kanker.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer antara lain dengan menghindari konsumsi tembakau, makanan berpengawet dan pewarna buatan, serta paparan radiasi dan virus. Kunci utama dari pencegahan ini adalah menerapkan pola hidup sehat, seperti tidak menjadi perokok aktif maupun pasif, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak, serta menghindari alkohol dan makanan yang mengandung bahan pengawet.
Selain pencegahan primer, terdapat juga pencegahan sekunder yang dilakukan melalui skrining dan deteksi dini. Deteksi dini sangat penting karena dapat mencegah kanker berkembang hingga stadium lanjut. Proses pertumbuhan kanker biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang keberhasilan pengobatannya.
"Deteksi dini bisa dilakukan dengan pemeriksaan sendiri, radiologi, laboratorium, dan endoskopi. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya pada payudara yang sebaiknya diperiksa setelah masa menstruasi berakhir," jelas Prof. Dr. Abdul Muthalib, Sp. PD-KHOM.
Namun, apabila kanker telah terdeteksi, maka langkah terbaik adalah segera melakukan pengobatan. Menurut Dr. Dr. Marlinda Adham, Sp.THT-KL(K), pengobatan kanker bersifat multidisiplin dan tidak bisa berdiri sendiri. Terapi yang diberikan biasanya menggabungkan beberapa metode sekaligus untuk hasil yang lebih optimal.
Beberapa metode pengobatan kanker yang telah terbukti secara medis antara lain operasi atau terapi bedah, radioterapi atau terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormonal, serta terapi target. Keberhasilan pengobatan juga sangat dipengaruhi oleh dukungan dari orang-orang terdekat.
Sayangnya, masih banyak pasien yang merasa takut untuk menjalani pengobatan kanker, termasuk tindakan biopsi yang bertujuan untuk mengambil sampel jaringan guna memastikan diagnosis kanker. "Banyak pasien yang menolak biopsi, tetapi akhirnya datang kembali dalam kondisi kanker yang sudah stadium lanjut," lanjut Dr. Marlinda.
Salah satu efek samping pengobatan kanker yang paling ditakuti adalah kerontokan rambut akibat kemoterapi. Namun, tidak perlu khawatir karena rambut akan mulai tumbuh kembali dalam waktu sekitar enam bulan setelah terapi selesai. Begitu pula dengan perubahan warna kulit akibat paparan radiasi, sariawan, atau kesulitan menelan, yang secara bertahap akan membaik. Dokter juga akan memberikan obat atau krim khusus untuk mengatasi efek samping tersebut.
Kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat menjadi langkah utama dalam mencegah kanker. Dengan menjaga pola makan yang baik, menghindari faktor risiko, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, risiko terkena kanker dapat dikurangi. Jika kanker sudah terlanjur datang, menerima pengobatan yang tepat sejak dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup yang lebih baik.